Isu Ekonomi Kembali Digoreng, Titiek Soeharto: Rp. 50 ribu Dapet Apa? Kubu oposisi Jokowi-KH Ma'ruf Amin kembali menggoreng isu ekonomi. Kali ini giliran Titiek Soeharto yang bersuara. Ketua Dewan Pembina Partai Berkarya ini pun melontarkan pernyataan cukup mencolok ketika sedang berkampanye di Cilegon, Banten.
Dalam kesempatan tersebut Titiek-sapaan akrabnya-berbicara mengenai kesenjangan ekonomi yang ada di masyarakat. Dimana yang menjadi perhatian adalah kalimat sindirannya yang mengatakan bahwa uang Rp. 50 ribu saat ini bisa buat beli apa di pasar.
"Kesenjangan antara si kaya dan si miskin makin lebar. Ibu-ibu punya uang sekarang Rp 50 ribu, ibu-ibu bisa beli apa kalau ke pasar, sementara yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin" katanya di hadapan relawan pendukung Prabowo-Sandi, Rabu (14/112018).
Baca juga : Cawapres Sandiaga Uno Deklarasikan Partai Emak-Emak
Tanggapan Khofifah, Gubernur Jatim Terpilih
Mendengar ada isu ekonomi yang kembali digoreng oleh lawan politiknya, Khofifah Indar Parawansa, Guberbur Jawa Timur terpilih yang juga sebagai pendukung Jokowi-KH Ma'ruf memberikan tanggapannya.Khofifah mengatakan bahwa uang Rp. 50 ribu dapat digunakan untuk membeli keperluan dapur di pasar tradisional, termasuk untuk lauk sehat. Ia mengatakan hal tersebut berdasarkan pengalaman pribadinya.
"Kalau di rumah tangga, Saya sering ke pasar. Rp. 5 ribu saja tempe sudah besar. Kalau di pasar modern mungkin (uang Rp. 50 ribu) terbatas. Kalau pasar tradisional, bisa sayur Rp. 5 ribu, kacang-kacangan Rp. 5 ribu. Kalau harian kan beli cabe paling berapa, garam berapa. Saya rajin ke pasar, jadi relatif terupdate," katanya ketika diwawancarai di UTC Semarang, Minggu (18/11/2018).
Dengan banyaknya informasi untuk kampanye yang tidak sesuai data, Khofifah meminta semua pihak agar tidak menyebarkan kebohongan publik. Karena menurutnya semua data sudah tersedia, mulai dari BPS, Bank Dunia, atau IMF. Lembaga-lembaga tersebut menurutnya kredibel dan datanya dikatakan hampir sesuai dan terkonfirmasi satu sama lain.
"Bagaimana mereka menjawab black campaign dan negative campaign yang bersliweran. Mereka harus punya jawaban dengan basis informasi yang update. Informasi bisa update kalau satu jejaring," katanya.
Author : Noval Irmawan | Image : tagar.id |
Posting Komentar